Fatimah Al Fihri; Pendiri Universitas Pertama di Dunia

Headline, Profil119 Dilihat

Namanya tercatat dengan tinta emas sebagai sosok yang berjasa dalam bidang pendidikan. Adalah Fatimah Al Fihri, seorang muslimah yang lahir dari keluarga bangsawan Qayrawan, Tunisia.

Ia lahir pada tahun 800 M di Tunisia. Ayahnya bernama Muhammad Al Fihri.  Muhammad Al Fihri merupakan pebisnis yang kaya raya.

Bersama keluarganya, Fatimah bermigrasi ke Kota Fes, Maroko pada awal abad 9.

Di kota itu namanya melambung dan di sana pula ia mendirikan sebuah masjid sekaligus universitas tertua di dunia bernama Al-Qarawiyin.

Sepeninggal ayahnya, Fatimah dan adiknya mewarisi harta kekayaan yang melimpah.

Fatimah ingin beramal, sehingga ia mendirikan sebuah masjid sekaligus madrasah. Madrasah ini rampung pada tahun 859 M.

Sementara adiknya, Mariyam Al Fihri mendirikan  masjid bernama Al Andalus tepat setahun setelah Al Qarawiyin berdiri. Masjid ini juga menjadi salah satu masjid tertua di Maroko dan juga Afrika Utara.

Kedua saudara ini memiliki visi dan misi yang sama untuk berdakwah dan memajukan pendidikan Islam.

Jejak Al Qarawiyin

Dilansir dari buku Tokoh Muslim Terkemuka Karya Tim Smart Media, pembangunan masjid Al Qarawiyin menggunakan dana pribadi Fatimah Al Fihri. Ia sendiri ikut memantau kemajuan pembangunannya hingga selesai. Konon, Fatimah juga berpuasa selama pembangunan Masjid Al-Qarawiyin.

Setelah pembangunannya rampung, masjid itu menjadi pusat kajian kelimuan.

Penuntut ilmu dari berbagai penjuru Maroko, Arab, dan negara lainnya mulai berdatangan. Dalam waktu singkat, Kota Fes menyamai kemasyhuran pusat keilmuan kala itu, Cordova dan Baghdad.

Madrasah ini telah menghasilkan banyak cendekiawan yang mempengaruhi sejarah intelektual dan akademis dunia Muslim. Di antaranya adalah Ibn Rushayd al-Sabti (w. 1321), Mohammed Ibn al-Hajj al-Abdari al-Fasi (w. 1336), Abu Imran al-Fasi (w. 1015), ahli teori terkemuka mazhab Maliki Yurisprudensi Islam, Leo Africanus, seorang musafir dan penulis terkenal. 

Ulama perintis seperti Al-Idrissi (w.1166 M), Ibnu al-Arabi (1165-1240 M), Ibnu Khaldun (1332-1395 M), Ibnu al-Khatib, Al-Bitruji (Alpetragius), Ibnu Hirzihim, dan Al-Wazzan semuanya terhubung dengan madrasah baik sebagai mahasiswa maupun dosen. 

Di antara cendikiawan dari Eropa yang mengunjungi al-Qarawiyyin adalah Nicolas Cleynaerts dari Belgia dan Golius dari Belanda.

Al Qarawiyin Sekarang

Universitas Al Qarawiyin masih eksis hingga hari ini. Berdasarkan data yang dihimpun dari website resmi Alqarawiyeen University, pada tahun 1947, Al-Qarawiyyin diintegrasikan ke dalam sistem pendidikan negara. Kemudian, pada tahun 1963, madrasah tersebut akhirnya diubah menjadi universitas di bawah pengawasan kementerian pendidikan.

Al-Qarawiyyin mendapatkan perlindungan dari sultan yang kuat secara politik. Sejumlah manuskrip penting juga tersimpan di perpustakaan yang didirikan oleh Sultan Abu Inan Faris pada tahun 1349 dari dinasti Marinid.

Di antara manuskrip paling berharga yang saat ini disimpan di perpustakaan tersebut yakni  Al-Muwatta Malik yang terkenal yang tertulis di atas perkamen gazelle, Sirat Ibn Ishaq, salinan Al-Qur’an yang diberikan oleh Sultan Ahmad al-Mansur pada tahun 1602, dan salinan asli buku Ibnu Khaldun yang berjudul Al-‘Ibar.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *